Follow Me

Jumat, 05 Maret 2010

Wagub Sulsel: Makassar Bukan Kota Demo!


MAKASSAR, KOMPAS.com — Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang menegaskan, Makassar bukan kota aksi unjuk rasa. "Kota ini adalah kota 'Anging Mamiri' bukan kota demo," ujarnya di hadapan 127 kontingen tinju dari perwakilan 25 provinsi di Indonesia yang akan berlaga di kejuaraan Sarung Tinju Emas (STE) ke-29 di Makassar, Jumat (5/3/2010).

Kota ini adalah kota Anging Mamiri, bukan kota demo!

Wagub menegaskan, pemberitaan mengenai kerusuhan yang terjadi di Makassar hanya terjadi di sebagian kecil Kota Makassar. "Saya minta tolong kepada seluruh kontingen dari luar Sulsel untuk memberitahukan situasi yang sebenarnya pada keluarga dan teman-temannya di tempat asal," katanya.

Ia memberi bukti bahwa masih banyak jalanan yang terbuka di Makassar, termasuk Mal GTC tempat penyelenggaraan STE, Trans Studio, dan lokasi lainnya di kawasan wisata Tanjung Bunga, Makassar, yang kondisinya normal dan tidak terpengaruh aksi unjuk rasa.

Menurut pantauan, situasi Kota Makassar tampak normal di beberapa ruas jalan utama dan lokasi-lokasi kampus besar.

Sebelumnya, pada Kamis (4/3/2010) malam, Wagub Sulsel melakukan kunjungan langsung ke Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Jalan Bontolempangan Makassar yang menjadi sasaran amuk warga dan oknum polisi.

Penyerangan tersebut berakibat perseteruan panjang antara polisi dan mahasiswa di Makassar dan berlangsung hingga Jumat (5/3/2010) yang terkonsentrasi di Kampus Satu Universitas Negeri Makassar (UNM) di Jalan AP Pettarani.

Demo Makassar Didanai Elit Politik Jakarta?


MAKASSAR – Aksi anarkis mahasiswa Makassar yang berlangsung kemarin, dicurigai polisi telah dirancang elite politik di Jakarta. Polisi bahkan menduga, ada aliran dana yang masuk ke rekening oknum mahasiswa untuk kepentingan unjukrasa.


Menurut data polisi, dana tersebut ditransfer salah seorang dari Jakarta sekitar pukul 05.00 Wita dini hari kemarin,melalui salah satu bank pemerintah di Jalan AP Pettarani. Dana yang belum diketahui besarannya ini masuk ke rekening oknum berinisial ML, salah seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri di Makassar.

Salah seorang sumber di kepolisian menyebutkan, renteran pengrusakan pos polisi,kantor polisi, hingga markas HMI Cabang Makassar, merupakan sebuah rangkaian yang telah dirancang terlebih dahulu dan diduga ada. Namun, tudingan polisi itu dibantah dengan tegas Ketua Badan Koordinasi (Badko) HMI Sulselbar Heny Handayani.

Dia menyatakan, gerakan mahasiswa murni untuk mengawal kasus Bank Century. “Saya berani menggaransi bahwa tidak ada (bantuan dana). Saya dalam kapasitas Ketua Badko HMI memberikan jaminan. Dari HMI tidak ada yang menjual gerakan ini. Kalau ada oknum di luar kami saya tidak tahu,” kata Heny, tadi malam.

Dia juga menduga ada oknum yang sengaja memprovokasi sehingga seolah terjadi benturan antara mahasiswa dengan warga. Bahkan, kata dia, bukan hanya warga yang menyerang, tapi sudah disusupi oleh oknum. Namun, Heny tidak menyebut oknum yang dimaksud. “Sangat banyak provokasi dan propaganda. Mengenai adanya pengrusakan, itu di luar dari kendali teman-teman,” kata Heny.

Rencananya, massa HMI kembali akan menggelar aksi hari ini dengan model yang berbeda dengan hari ini. “Kita sudah mengadakan evaluasi aksi. Besok (hari ini) kita kembali menggelar aksi,” kata Heny.

Kabid Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Hery Subiansauri yang dikonfirmasi tadi malam, tidak membantah temuan polisi tersebut. Menurut dia, dugaan adanya gelontoran dana untuk membiayai aksi unjuk rasa siang kemarin, masih terus diselidiki penyidik kepolisian. Menurut dia,hal itu akan dijadikan sebagai acuan untuk mendalaminya dan mengumpulkan barang bukti.

“Sampai sekarang kami belum melakukan tindakan hukum atas dugaan itu. Tapi kami terus menyelidikinya untuk membuktikan ada tidaknya sokongan dana dari Jakarta,” pungkasnya.
(Koran SI/Koran SI/teb)